watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

NGEWE MAMA LISA SEXY

Nama ku Rendi, telah beristri, bekerja di sebuah
Perusahaan Swasta, Istriku cukup lumayan,
cantik dan bahenol, namun yang akan aku
ceritakan ini bukan soal hubungan seks ku
dengan istri ku, tapi soal hubungan ku dengan
seorang setengah baya, yang setatusnya adalah
tante, tapi kami sekeluarga memanggilnya
dengan kata Mama, hal ini wajar, agar bisa lebih
akrab dan dekat.
Mama Lina, itulah sebutan dan nama dari tante
istriku, Mama Lina adalah Istri dari Paman Istriku,
maaf beliau (Mama Lina) adalah Istri kedua dari
Paman Istriku, Cantik, tidak terlalu tinggi, wajar
sebagaimana pribumi, kulitnya terbilang putih,
mulus, walau bersetatus tante atau lebih tua dari
istriku tapi belum terbilang tua, karena dia istri
kedua dari Paman Istriku, semua lekuk tubuh
sensualnya masih mengencang, mulai dari
payudaranya, masih terangkat keatas dan bulat
menonjol menggairahkan, putingnya juga masih
seperti milik seorang gadis, perutnya belum
mengendor, begitu juga pinggul dan pantatnya
masih menonjol.
Anda tahu apa sebabnya ? ialah karena Mama
Lina tidak pernah hamil dan ternyata selama 9
tahun berumah tangga dengan Paman Istriku,
boleh dikatakan hanya 1 tahun dia digauli
sebagaimana layaknya seorang istri, selebihnya
selama 8 tahun selanjutnya, hanya dia bisa
nikmati dengan sentuhan tangan suaminya, Itu
semua dia alami Karena Sang suami memiliki
penyakit Jantung kronis, dan sudah tiada.
Singkat ceritanya ialah Mama Lina sudah lebih
kurang 1 tahun menjanda, sebatang kara, tidak
punya anak, apalagi cucu, tidak bekerja dan juga
tidak memiliki usaha, peninggalan suami pas-
pasan, oleh karenanya aku bersama istri sudah
berniat untuk membelanjakan atau memberikan
nafkah kepada Mama Lina, mulai dari urusan
bayar telepon, Listrik, sampai urusan belanja
dapur. Hidupnya sehari-hari ditemani dengan
seorang pembantu rumah tangga, yang juga
menjadi tanggungan kami.
Setiap dua minggu sekali istriku selalu datang
menemui Mama Lina untuk menjenguk sekaligus
membawanya belanja keperluan dapur ke
Supermarket, aku paling hanya telepon dan
paling sebulan sekali menjenguknya. Semua ini
kami lakukan hitung-hitung balas budi, karena
sewaktu suaminya masih ada dan kondisi
kehidupan kami belum mapan kami banyak
dibantunya.Suatu ketika istriku tidak dapat pergi
untuk menjenguk Mama Lina, padahal sudah
jadualnya untuk belanja keperluan dapur Mama
Lina, istriku kurang enak badan, terpaksa aku
menggantikannya, dan hal ini bukan yang
pertama kali sudah sering hampir 4-5 kali,
namun yang kali ini suatu hal yang luar biasa.
Aku sudah tidak canggung lagi dengan Mama
Lina, karena sudah biasa bertemu dan bahkan
sudah seperti Ibu ku sendiri. Soal tidur, kami
sering tidur bertiga, Aku, Istriku dan Mama Lina,
bahkan pernah suatu siang kami, Aku dan Mama
Lina tidur berdua dikamar, jadi tidak ada hal yang
aneh, namun kali ini kejadiannya tidak terencana
dan sangat mengagetkan.Selesai jam kerja di
sore hari, aku langsung menuju kerumah Mama
Lina, untuk menggantikan istriku menemani
Mama Lina belanja keperluan dapur sebagaimana
rutinnya, Setibanya di rumah Mama Lina aku
langsung memarkirkan mobil ku di depan garasi
rumahnya.
“Sore Ma……!” Sapa ku sambil menghampiri
Mama Lina yang sedang tiduran di sofa sambil
menonton TV, kucium tangannya dan kedua
pipinya, hal ini adalah kebiasaan di keluarga kami
kalau bertemu dalam satu keluarga.
“Dengan siapa kamu Ren …?” Mama Lina
bertanya sambil melirik kearah pintu utama dan
melihat ku dengan kening dikerut.
“Ya dengan Mobil Ma …..!” Jawab ku santai dan
berbalik ke arah Lemari Es untuk mengambil
segelas air dingin.
“Jangan bercanda …., Mama Tanya beneran “
“Rendy tidak bercanda Ma…., Rendy jawab
benaran “ sekarang aku duduk di bangku tamu
didepan sofanya, sambil ikutan menonton TV.
“Maksud Mama, Eva tidak ikut ?” Eva adalah Istri
ku.
“Eva lagi tidak enak badan, jadinya Rendy yang
kesini” Jawab ku sambil mengalihkan pandangan
dari pesawat Televisi kearah Mama Lina, namun
pandanganku terhenti di kedua panggkal
pahanya yang sedang dilipat dan saling
bertindihan.Kusadari Mama Lina tidak sadar kalau
dasternya tersingkap atau dia tahu tapi karena hal
ini sudah biasa maka tidak ada masalah bagi
kami.
Kali ini aku merasakannya agak aneh, kog aku
merasa terangsang dengan pandangan ini. Aku
sadar sehingga kualihkan secepatnya
pandanganku lagi kearah pesawat televisi, tapi
perasaan ku menggoda, sehingga aku mencoba
mecuri pandang dengan melirik kearah paha
tadi, hati semakin tidak tenang, pikiranku mulai
tidak normal. Kucoba membuang fikiran yang
sudah mulai tidak menentu arah.
“Ma….. !`” sapaan ku berhenti, aku ingin
menggajak nya bicara tapi pada saat aku
menyapa sacara bersamaan aku memalingkan
pandangan ku lagi kearah wajah Mama Lina, tapi
pandangan ku berhenti di bagian dada Mama lina
yang terlihat gundukannya dikarenakan belahan
dastrernya pada bagian dada melorot
kesamping, karena pada saat itu posisi tidur
Mama Lina disofa miring.
” Ada apa Ren … ” Tanya nya mengagetkan ku,
aku segera memalingkan pandanganku
kewajahnya.
” Ayo Ma…, rapi-rapi, sudah hampir jam 7 nich,
nanti Supermaket tutup”
” Ren…, badan Mama rasanya lemes, kurang
bersemangat, bagaimana kalau besok aja kita
belanjanya”
” Yah … Mama ….., Rendy udah sampai disini,
lagi pula besok Rendy ada kerja lembur, dan iya
kalau Eva sudah enakkan dan bisa kesini. ”
“Ya udah kapan kapan aja “ sambutnya lagi,
“Enggak ah Ma… sekarang aja, nanti kalau
ditunda-tunda jadi enggak jadi kayak dulu”
“Kamu memang orangnya keras kepala Ren,
kalau ada maunya tidak bisa ditunda”
“Ya sudah Mama salin dulu, tapi kalau nanti
Mama jadi sakit kamu yang repot juga”
Akhirnya dengan malas dia bangun dari sofanya
menuju kamar, akupun melanjutkan menonton
Televisi. Selang beberapa menit aku menunggu
dengan tidak sabar, akupun melirik kearah pintu
kamar, dan tiba tiba mata ku terperanjat melihat
pandangan didalam kamar, kulihat Mama Lina
membelakangi pintu kamar dengan hanya
menggunakan celana dalam tanpa BH,
sayangnya posisinya juga membelakangi ku
sehingga aku hanya bisa menikmati lekukan
tubuhnya dari belakang, dan cukup indah masih
seperti anak remaja, semuanya serba ketat dan
gempal. Aku semakin kacau.
Kuperhatikan terus dari ujung kaki sampai ujung
kepalanya, rambut yang terurai semakin
menggairahkan ku. Kulihat Mama lina sedang
memakai Baju Kemeja putih berenda, wah
rupanya dia tidak memakai BH, setelah itu dia
pakai celana Jean ketat panjangnya tiga-per-
empat, dan langsung berbalik kearah pintu
kamar, aku dengan cepat juga memalingkan
muka kearah Televisi seolah-olah tidak tahu apa
yang terjadi tadi di kamar.
“Ayo Ren …. Kita jalan “, sapa Mama Lina yang
sudah keluar dari kamarnya, dan akupun meraih
remote TV untuk mematikan TV, sambil bangun
dari sofa yang aku duduki.
“Kalau nanti Mama sakit, kamu harus tanggung
ya Rend !” Mama Lina membuka lagi
pembicaraan setelah beberapa menit kami
meninggalkan rumahnya dan Mama lina sedang
menikmati jalan sambil duduk disebelahku. Aku
sambil memegang setir mobil menjawab
dengan santai dan manja.
” Ya …. Iya dong Ma…., siapa lagi yang ngurus
Mama kalau bukan Rendy.”
” Mama sambil rebahan ya Ren ?” pintanya
sambil merebahkan sandaran jok mobil yang
didudukinya.
” Boleh kan Ren ?” pintanya lagi sambil
memegang tangan kiriku, tapi saat ini posisi
Mama Lina sudah rebah dan terlentang, seolah-
olah memamerkan dadanya yang menonjol
menggairahkan itu.
Aku menoleh kesamping kearah Mama Lina
sambil mengangguk, tapi lagi-lagi pandanganku
terhenti didada Mama Lina, yang terlihat samar
lekukannya dari balik bajunya yang sengaja tidak
dikancing pada bagian atasnya. Kuarahkan lagi
pandangan ku kejalan raya agar tidak terjadi apa-
apa.Setibanya di Supermarket mobil aku
parkirkan ditempatnya dan kami pun berjalan
menuju kedalam supermarket sambil
bergandengan, Mama lina mengait tanganku
untuk digandolinya, hal ini sudah biasa bagi
kami, tapi kali ini darah ku berdesar-desar saat
bergandengan tangan dengan Mama Lina,
bagaimana tidak berdesar, yang sedari tadi
dalam fikiran ku terlintas terus lekukan buah dada
Mama Lina kini tersenggol-senggol mengenai
siku kiri ku seirama dengan gerakan langkah
kami selama menuju kedalam Supermarket.
Setibanya didalam supermarket aku langsung
menyambar lorry yang berada disisi pintu
masuk supermarket, dan kami pun
bergandengan lagi menuju ke barisan etalase
keperluan Rumah tangga. Satu persatu barang
keperluan dapur dipilih dan diambil oleh Mama
Lina, akupun asik dengan kegiatan ku sendiri
memperhatikan lekukan badan Mama lina yang
masih mengencang yang bergerak terus kadang
merunduk dan berdiri lagi sambil ia memeriksa
barang yang terdapat dietalase. Khayalan ku
terhenti karena sapaannya.
” Rend coba kamu lihat labelnya ini, apakah
jangka waktunya masih berlaku tidak “ pintanya
sambil jongkok dan dan tanpa melihatku
kebelakang dengan tangan memegang sebuah
makanan kaleng memberikan kepada
ku.Kemudian aku bergerak mendekati Mama Lina
dan berdiri tepat disampingnya yang sedang
jongkok, kuambil makanan kaleng yang ada
ditangannya dan kuperhatikan dengan seksama
label masa berlaku yang dimaksud.
” Masih lama nih Ma……” Jawab ku sambil
mengembalikan makanan kaleng tadi kepada
Mama Lina, yang saat ini posisinya sedang
membungkuk memperhatikan barang-barang
yang lain.
Aku terperanjat melihat dua buah gunung yang
menempel di dada Mama Lina, terlihat jelas
karena posisinya yang membungkuk sehingga
bajunya menggantung kebawah.Buah dada
yang indah, masih mengencang, dan memiliki
putting yang masih kencang dan tidak terlalu
besar, maklum karena Mama Lina belum pernah
menyusui bayi. Bentuknya masih bagus, tanpa
keriput sedikitpun di sekitar putingnya, putih
mulus dan terawat dengan baik. Ada sekitar
sepuluh detik aku memperhatikannya, terhenti
karena Mama lina berdiri dan bergeser posisi.Kini
akupun tetap berada disampingnya, dengan
maksud untuk mendapatkan kesempatan
memandang seperti tadi, dan benar Mama lina
sebentar-bentar menunduk, dan kesempatan itu
tidak aku lewati dengan langsung mengincar
pandangan buah dada yang indah itu. Sudah
lebih kurang setengah jam kami mengitari
etalase demi etalase, tiba-tiba dari posisi jongkok
Mama Lina meraih tangan kiriku yang sedang
berada disebelahnya. Sambil menggandul
ditanganku Mama Lina berdiri dan merapatkan
badannya disisi badan ku langsung meletakkan
wajahnya di bahu kiri ku sambil bergumam
” Mama pusing Ren.. Mama udah enggak kuat
lagi” Kemudian tangan kiri ku mengait pinggul
Mama Lina setengah memeluk dan berkata,
“Ya.. sudah Ma, kita pulang aja, kalau masih ada
yang kurang belanjaannya bisa dibeli di warung
dekat rumah aja” Tanpa menunggu jawaban
Mama Lina, sambil tetap merangkulnya tangan
kanan ku meraih kereta dorong belanjaan dan
berjalan menuju Kasir.
Selesai membayar semua belanjaan aku pun
meminta petugas kasir untuk membantu
membawakan barang ke Mobil, sementara aku
berjalan didepan sambil merangkul Mama Lina.
Yang kurasakan sekarang buah dada Mama Lina
menempel di rusuk kiri ku, dan nafasnya yang
wangi sangat terasa disisi pipi ku. Setibanya di
Mobil aku pun membukakan pintu dan
membimbing Mama Lina masuk ke Mobil,
perlahan aku dudukan dan kurebahkan ke kursi
yang berada disebelah supir, dan sambil kedua
tangan ku menahan badan Mama Lina rebah,
tersenggol lah kedua sisi buah dadanya oleh
tangan ku, aduh… alangkah kerasnya tuh buah
dada.
Diperjalanan pulang kutanyakan apakah perlu
diperiksa ke dokter, tapi Mama Lina mengatakan
tidak perlu, karena dia hanya merasa pusing
biasa, mungkin masuk angin. Aku pun
menyetujui dan langsung mengarahkan mobil
ke rumah Mama Lina. Kusempatkan memegang
kening Mama Lina dengan tujuan memeriksa
apakah badannya panas atau tidak. Kupalingkan
pandangan ku sekali sekali kearah Mama Lina
yang tiduran disamping.
“Masih pusing Ma….., Tanyaku.
“Sedikit ….. ” jawabnya singkat.
“Ntar juga sembuh Ma …….”.
Pembicaraan kami terhenti dan diam beberapa
saat.Mobil aku parkir didepan rumah, dan
dengan bergegas aku turun terus menghampiri
sisi pintu kiri mobil untuk membukakan pintu
bagi Mama Lina, pintu pun ku buka, kulihat
Mama Lina terasa berat mengangkat badannya
dari Jok Mobil.
“Bantu Mama dong Ren…., dasar tidak
bertanggung jawab ” hardiknya manja.
Akupun langsung merangkul pinggulnya turun
dari Mobil dan langsung memapah kedalam
rumah. Setibanya didepan pintu masuk Mbok
Atik pembantu Mama Lina membukakan pintu
dan aku sambil membopong Mama Lina
memerintahkan Mbok Atik untuk menurunkan
barang serta menguncil kembali mobilnya.
“Mama mau tiduran di Sofa atau dikamar?”
“Dikamar aja Rend” Kami pun menuju kamar,
dan aku langsung membaringkan Mama Lina
terlentang di tempat tidur. Mama Lina pun
berbaring sambil memegang kepalanya.
“Rendy balur minyak kayu putih dulu ya.. perut
Mama, setelah itu Rendy pijit kepala Mama”
Pintaku.
Mama Lina diam saja, dan aku mengartikan dia
setuju, akupun langsung beranjak mengambil
minyak kayu putih yang tersedia di tempat obat.
Kuangkat sedikit baju kemeja bagian bawah
Mama Lina sampai batas rusuk bawahnya, dan
akupun membalurkan minyak kayu putih tadi,
dengan lembut aku lakukan.
“Ma … Kancing celana Mama di lepas ya… biar
lega bernafas” Aku tahu dia pasti tidak menjawab
dan aku pun langsung melepas kancing celana
nya.
Selesai aku membalur bagian perutnya dan
tanpa meminta ijin aku membalur bagian dada
atasnya, saat itu Mama lina kuperhatikan sedang
memejamkan matanya sambil kedua tangannya
memegangi kepala. Dan aku duduk diatas
tempat tidur disisi kanan Mama Lina. Sesuai janji
ku, selesai membalur akupun mulai memijit
kepala Mama Lina, perlahan kutarik kedua
tangannya kebawah, dan tanpa kusadari tangan
kanannya jatuh diatas pangkal paha ku hampir
mengenai punya ku.
Perlahan aku pijit dengan lembut kepalanya, dia
pun menikmatinya, tiba-tiba aku teringat
pemandangan yang indah sewaktu di
supermarket tadi, dua gundukan daging yang
menggairahkan, seketika itu juga pandangan ku
berpindah ke dada Mama Lina, tapi sial yang
terlihat hanya bagian atasnya, bajunya hanya
terkuak sedikit pada saat aku membalurkan
minyak kayu putih pada bagian dada tadi.
“Ren …. Jangan pulang dulu…, temani Mama
sampai enakan” Aku terkejut dengan suara tadi
dan akupun memalingkan muka ku kearah
wajah Mama Lina, sambil mengangguk.
Pijitan ku terus pada kepala Mama Lina, dan Dia
pun kembali memejamkan matanya.Terasa
capek karena posisi ku memijit agak
membungkuk, akupun pindah duduk di lantai
karpet. Sekarang posisi memijit ku sambil duduk
dilantai dengan kepala aku tidurkan ditempat
tidur, pas berada disamping karena buah dada
Mama Lina.Karena mungkin terlalu capek,
akupun tertidur pulas, ada mungkin 15 menit,
dan aku terbangun karena tekanan buah dada
sebelah Kanan Mama Lina pada ubun-ubun
kepala ku.
Kuangkat kepala ku, kudapatkan Mama Lina
sedang tidur miring kekanan menghadap ku,
dan tanpa kusadari sekarang pipi ku menempel
langsung pada bagian atas buah dada kanan
Mama Lina. Aku tidak berani bergerak,
kudiamkan saja pipi ku menempel, tapi barang
ku mulai bergerak mengeras. Ada lebih kurang
satu menit aku terdiam pada posisi ini, dan tiba-
tiba Mama Lina memindahkan tangan kirinya
yang sedari tadi di atas paha nya ke bahu ku
tepat dibawah leher, seolah-olah memeluk ku.
Gerakan Mama Lina tadi menyebakan bajunya
yang terkuak nyangkut di dagu ku dan tertarik
kebawah, sehingga makin terbuka lebar buah
dada yang terbuka, dan kepala ku juga ikut
terdorong kebawah dengan posisi tidur Mama
Lina masih miring dan yang menyenangkan bagi
ku ialah putting susu kanan yang kecil mungil
tadi berada satu centimeter diujung bibir ku.
Aku heran dan gemeter, apakah ini sengaja
dilakukan oleh Mama Lina, dan apakah dia benar-
benar tidur sehingga tidak mengetahui keadaan
ini. Sementara fikiran ku bertanya-tanya tanpa
kusadari lidah ku sudah mulai menjilati pinggiran
puting yang kecil mungil dan halus itu, terus aku
jilati sepuas ku dan perlahan aku geser kepala ku
sedikit agar lebih dekat dan dapat mengisap serta
mengulumnya. Kini aku isap putting yang
menggairahkan itu.
Mama lina masih memejamkan matanya, entah
tidur atau tidak tapi aku sudah tidak perduli lagi
dan perlahan aku buka satu lagi kancing baju
atasnya, agar aku bisa lebih leluasa menjilati
buah dada yang indah ini. Tiba-tiba ada gerakan
pada kaki Mama Lina, dan dengan segera aku
lepas kuluman bibir ku di putting Mama Lina dan
aku ber pura-pura tidur, wah bener Mama Lina
menggerakkan badannya dan berpindah posisi
miring membelakangi ku.
Untuk beberapa saat aku terdiam sambil
memperhatikan punggung Mama Lina, namun
fikiran ku terus merayap mencari akal agar aku
dapat menikmati buah dada yang montok tadi,
maklum nafsu ku sudah mulai tidak bisa
dibendung, untuk pulang kerumah
menyalurkannya perlu waktu lagi, sementara
disini sudah mulai dapat kesempatan, apalagi aku
tahu Mama Lina sudah bertahun-tahun tidak
pernah di sentuh barang sakti, pasti vaginanya
sudah mulai rapat dan ketat lagi.Akhirnya aku
putuskan untuk memberanikan diri naik
ketempat tidur dan berbaring disebelah Mama
lina dengan posisi miring menghadap punggung
Mama Lina.
Untuk beberapa saat aku merfikir memulainya
dari mana, aku bingung, tapi akhirnya aku
putuskan untuk memeluk Mama Lina dari
belakang dengan melingkarkan tangan kanan ku
ketengah dadanya. Perlahan ku tempelkan
telapak tangan ku bagian atas buah dada kiri
Mama Lina, wah…. benjolannya masih keras,
pelan ku gerakkan tangan ku turun ke bagian
tengah buah dadanya, sekarang posisi tangan ku
sedang mempermainkan putting buah dada
Mama Lina sambil sebentar - sebentar
meremasnya.Kurasakan badan Mama Lina bergerak dan
akupun berhenti dalam permainan ku sejenak
dalam posisi masih memeluk Mama Lina dan
tangan ku masih berada diatas gundukan buah
dada Mama Lina. Bersamaan akan aku mulai lagi
permainan ku tadi, karena aku anggap Mama
Lina sudah pulas lagi, ku dengar suara serak dan
parau dari sebelah ku.
“Ren dari tadi Mama tahu kalau Rendy mimik,
dan sekarang pegangi susu Mama “ suara ini
datangnya dari Mama Lina. Aku sangat terkejut
dan kaku sekujur tubuh ku, takut dan bersalah.
“Ma …..” belum selesai aku berbicara tiba–tiba
tangan ku yang berada diatas buah dada Mama
Lina dipegangnya dan ia berkata
“Tidak apa-apa Ren……., kalau kamu masih
belum puas teruskan aja, asal kamu bisa
memberi kesenangan pada Mama”
Tanpa menunggu aba-aba lagi dari Mama Lina,
aku segera menarik badan Mama Lina sehingga
pada posisi telentang, dan karena kancing
bajunya sudah terbuka setengah maka terkuak
lah buah dada yang aku remas -remas tadi.
“Rendy akan memberikan kepuasan yang telah
lama hilang dari Mama malam ini” selesai berkata
demikian, aku langsung menerkam dan
melumat bibir mungil yang dihadapan ku.
Permainan bibir berjalan sangat panjang, kami
saling bertukar menghisap bibir atas dan bawah,
saling mempermainkan lidah, bagaikan dua
orang yang sudah lama tidak
berciuman.Permainan bibir dan ciuman
kuhentikan dan aku berkata lembut sambil
memandangi mata Mama Lina yang sudah mulai
layu.
“Mama sudah puas ciuman Ma ……..” dia
tersenyum dan mengangguk.
“Sekarang Mama nikmati ya……., Mama diam
dan nikmatilah, Rendy akan memberikan
kesenangan yang Mama minta”
Perlahan aku pelorotkan badan ku yang ada
diatas Mama Lina turun kebawah, sehingga
muka ku persis diatas dada Mama Lina. Ku ciumi
lembut leher kirinya dan perlahan berputar ke
leher sebelah kanan, setelah puas dengan
ciuman di leher, ciuman aku pindahkan kebagian
atas dada Mama lina.
Pertama aku ciumi dan aku jilati gundukan kedua
dadanya, dan bergeser kebagian tengah, kini aku
kitari keliling gundukan buah dada yang kanan
dan sekarang yang kiri. Perlahan ku rambatkan
juluran lidah ku keatas puting susu kiri Mama lina
dan kuisap sedikit-sedikit sambil menggigit halus.
Kuraskan kedua tangan Mama Lina mulai
mendekap badan ku, dan kurasakan juga Mama
Lina mulai menggerak-gerakkan pinggulnya
yang kutahu dia sedang mencari ganjalan agar
menekan tepat dibibir vaginanya. Aku pindahkan
lagi kuluman dan permainan bibir ku ke putting
susu Mama Lina yang sebelah kanan, Mama lina
makin bergerak agak cepat, dia mulai terangsang
penuh.
“Enak Ma….., ???Mama Senang .??…..”sambung
ku lagi.
“Ren …. Mama senang, Mama Puas….., Kamu
pinter, kamu lembut …….anak manis, …… Mama
sudah lama sekali tidak merasakan ini, Mama
….mau kalau setiap ketemu Kamu cium dan
mimik Mama………”“Ren ……, lagi nak …….,
jangan terlalu lama ngobrolnya, teruskan aja apa
yang kamu mau lakukan, Mama pasti senang”.
“Cium lagi Ren ….., Mimik lagi anak manja …..’”
Aku pun meneruskan permainan lidah ku di
kedua susu yang mentul dan keras itu. Perlahan
ciuman dan jilatan ku turun ebawah sambil aku
melorotkan lagi badan ku, kini kaki ku sudah
menyentuh lantai. Ku ciumi perlahan perut
Mama lina terus kebawah sambil membuka
resliting celana Mama lina.Sekarang posisi
ciuman ku sudah berada dibagian bawah pusar
Mama Lina, kira-kira satu centi lagi diatas klitoris
Mama lina.
Badannya mulai bergerak tidak menentu,
pinggulnya naik turun seakan ingin segera ujung
lidah ku menyentuh belahan yang sudah mulai
membasah ini, sesekali kudengar suara desis
dari bibir mungil Mama Lina dan nafas yang
sudah mulai tidak menentu.
“ahhkk…. Hek …….ehhhh, yaa…hhhh Ren……”
Perlahan kutarik dan lepaskan celana jean dan
sekaligus celana dalam Mama lina, badan dan
kakinya ikut dilenturkan agar mudah aku
melepaskan celana yang menutupi
vaginanya.Sekarang celananya sudah terlepas
tidak ada lagi yang menutupi kulit mulus Mama
Lina dari pusar kebawah, sementara kancing
baju yang dipakainya sudah kubuka semua dan
telah terbuka lebar.Aku terdiam sejenak dan
memandangi tubuh mulus Mama Lina yang
sedang telentang pasrah sambil memejamkan
matanya. Kupandangi dari kedua buah dadanya
sampai ketengah selangkangannya yang
menjepit vagina yang ditumbuhi bulu halus dan
pirang, Berulang kali aku pandangi, akhirnya aku
terkejut oleh suara Mama Lina.
“Anak manja …….., apa sudah selesai kamu
puaskan Mama, …..atau Mama cukup kamu
pandangi saja seperti itu??”
“Tentu tidak Mama sayang ……, Mama akan
mendapatkan kepuasan yang belum pernah
Mama dapatkan sebelumnya,. …..tapi Rendy
tidak akan menyia-nyiakan pemandangan yang
langka ini, jadi Rendy puas-puaskan dulu
memandangi Mama….”
“Ayo lah Ren…., mama sudah tidak sabar lagi
merasakan kepuasan yang kamu janjikan…..,
kamu bisa memandang Mama kapan saja dan
dimana saja nanti, Mama pasti kasih asal kamu
selesaikan dulu sekarang”
Tanpa menjawab apa-apa lagi aku pun berlutut
diujung kakinya du tengah kedua kakinya.
Perlahan aku elus dengan kedua tangan ku kedua
kaki Mama Lina mulai dari bawah betisnya
sampai kepangkal pahanya ber-ulang kali naik
turun sambil kedua ujung jari ku menyentuh
sekali-sekali bibir kiri dan kanan Vaginannya.
Rangsangan mulai dirasakan Mama Lina, kaki
dan pinggulnya mulai bergerak dan kejang-
kejang. Melihat hal itu aku langsung
membungkuk dan menjilati sekeliling bibir
Vagina Mama Lina.
Tercium aroma khas vagina yang terawat dan
basah….., dan aku yakin kalau vaginan ini sudah
bertahun-tahun tidak disentuh benda keras,
kelihatan rapat dan tidak berkerut seperti genjer
ayam, satu keuntung besar aku dapatkan.
Permainan lidah ku berlangsung semakit lincah
dan sembari menggigit dan menghisap bagian
klitoris yang benar sensitive itu.
“Ren…. Enak sekali Rennnn ……., kamu benar
……, Mama belum pernah merasakan jilatan
seperti ini …… sungguh sayang …., ahhhkkk Ren
…..ahhhh ehhhhhhhlk kkk….. “ sambil
bergumam Mama lina menarik rambut ku
dengan kedua tangannya agar aku merapatkan
dan menekan bibir ku kuat ke Vaginannya.
“Jangan berhenti Ren ….. , Mama puas…., Mama
ahhkk…. Mam….., Mama menikmatinya Ren …….
Uhhh…..”
“Kamu apain Ren……, Tobat anakku….., ampun
… Mama ……..ahkkkkk ahhhhhhh enak
Ren……,”Aku tidak perdulikan ocehannya, terus
aku jilati vaginanya yang semakin basah,
kutahan pinggulnya dengan kedua belah tangan
ku agar tidak menggangu permainan ku dengan
rontakan nya.
Tiba - tiba aku rasakan kepala ku diangkat keatas
dan kulihat Mama Lina sudah duduk dihadapan
ku, dengan cepat kedua tangan Mama Lina
meraih ikat pinggang dan kancing celana ku, dan
membuka resliting celnaa ku. Kurasakan darah
ku mengalir cepat dan bulu roma ku berdiri pada
saat tangan kanan Mama Lina menelusup masuk
kedalam celanaku dan mengelus batang
kemaluan ku.
Ku diamkan saja apa Maunya. Mama lina terus
mengelus sembari meremas remasa kelamin ku.
Dengan tidak sabar di pelorotinya celana ku, dan
karena posisi kuberdiri dengan lutut diatas
tempat tidur dihadapan Mama Lina, sehingga
gerakan tanganya melorotkan celanaku dan
celana dalam ku berhenti di lutut ku, tapi itu
semua sudah cukup untuk membuat kemaluan
ku tidak tertutup lagi
“Ren ….. besar sekali kamu punya “ di berkata
sambil mengelus-ngelus batang dan kantong biji
kemaluan ku.
“Ren apa tidak sakit Ren …., Mama kan sudah
lama tidak dimasuki ……”
“Tidak Ma….., Nanti Rendy akan pelan - pelan dan
Mama akan merasakan nya nikmat..”
Dan ahhhhhk….., tersentak nafasku, Mama Lina
sudah mengulunm ujung batang kemaluan ku,
dihisapnya dan sambil memaju dan
memundurkan kepalanya aku rasakan setengah
batang kemaluan ku sudah masuk kerongga
mulut Mama Lina. Aku biarkan dia menikmatinya
sambil membuka baju ku, setelah itu, aku
membuka baju Mama Lina yang sudah terlepas
kancingnya tadi.
Sambil Mama Lina menikmati Batang
kemaluanku, kedua tanganku juga meremas-
remas buah dadanya dan sekali mengelus
punggungnya dan yang lainnya. Pokoknya
hampir seluruh badannya aku elus. Ciuman
Mama Lina di batang kemaluan ku berhenti dan
kedua tangan ku diraihnya, dan ditariknya sambil
Mama Lina merebahkan kembali Badan nya,
maka badan ku pun tertarik merebah menimpa
diatas badannya.
” Mama sudah tidak sabar lagi kepengen
meraskan batang milik anak Mama yang besar
itu Ren ..”
“Iya … Sayang …. “ Sambut ku sambil
menyambar bibir mungil Mama Lina.
Sembari mencium, pinggulku ku gerak-gerakan
untuk mengarahkan Batang sakti ku masuk ke
mulut Vagina Mama Lina yang sudah sempit lagi
itu. Kurasakan Batang ku sudah menempel di
Vaginanya, dan aku rasakan Mama lina
mengangkat pinggulnya untuk menekan rapat
kebatang kemaluanku.Kuangkat pantat ku dan
pelan kuarahkan ujung batang kemaluan ku tepat
di tengah lubang yang basah ini, kutekan pelan-
pelan dan ahkkkk tersentak badan Mama Lina.
“Sakit Ma ……??”, Tanya ku dan Mama Lina tidak
menjawab dia hanya mendesih…. Ehhhhhhh.
Aku terus menekan sedikit demi sedikit, masuk
sudah setengah kepala batang kemaluan
ku…..Kutekan terus dan sekarang seluruh kepala
kemaluan ku sudah masuk di lobang nikmat
ini…… Kutekan terus per lahan dan pelan dan
masuk lah setengah Batang ku tapi Mama Lina
berteriak…..
“Aduhhhhhh … ahhkkk…”Aku hentikan gerakan
menekan ku dan akubertanya :
“Sakit Ma……,??”Dia mengangguk tapi kedua
tangannya memegang pinggul ku seakan tidak
membolehkan aku mencabut batang ku dari
vaginanya.
Aku berfikir, baru setengah sudah sakit dan
terasa terjepit. Memang Batang ku cukup besar
diatas normal sementara Mama Lina tipikal tubuh
badan pribumi yang mungil dan memiliki barang
yang sempit, aku jadi penasaran dan ingin
merasakan nikmatnya kalau seluruh batang ku
masuk. Perlahan kugerakan lagi pantatku
menekan kedalam, lembut sekali dan sangat
perlahan.
“Ehh… ahhh…, Ren…. Ahhhhh…. Iya ehhhh ahh
…. Ren …..,” itu lah suara yang keluar dari mulut
Mama Lina seiring gerakan ku naik turun yang
menyebabkan barang ku keluar masuk.
Sedikit -sedikit gerakan menekan kedalam aku
tambah sehingga batang ku yang masuk
semakin dalam. Aku rasakan diujung batang ku
seperti di hisap-hisap, alangkah nikmatnya, aku
hampir tidak tahan. Aku perkirakan semua
batang ku sudah ambles kedalam karena terasa
hangat dan nikmat. Dengan lembut aku rapatkan
selangkangan ku sambil kedua tangan ku
menguak dan mengangkat kedua kaki Mama
Lina. Ku tekan rapat-rapat dan ku gerakkan
memutar pinggul ku dengan pahaku menempel
rapat dan semua batang ku telah masuk.
“Ren ….. nikmat sekali ren, sudah lama sekali
Mama tidak merasakan seperti ini, kamu pandai
bermain seks … Nak… Mama … bisa ketagihan
Ren….”Aku terus memutar pinggul ku dan
menciumi lehernya sambil merapatkan badan
ku.
“Mama bisa minta kapan saja ….., Mama tinggal
telepon dan Rendy pasti melayani Mama ……”
“Ma ….. punya Mama masih enak, rapat dan
menghisap …., Rendy menikmatinya Ma…..”
“Ahhhkk Ren …., goyang ehhhhh, goyangnya
lebih cepat sayang ….., Mama kayaknya mau
dapat “
“ahhkkkk Ren ,,,, ya…. Uhhhh ……hekkk ..
Ren……”Aku hentikan sejenak goyangan ku dan
kuperbaiki posisi ku dengan sedikit menarik
dengkul ku agak menekuk agar pada saat dapat
nanti aku bisa leluasa mengankat dan menekan
pantat ku dengan leluasa.
“Jangan berhenti sayang …..”
“tenang Ma…. Kita dapatnya bareng, … pada saat
dapat nanti Rendy akan keluar masuk kan punya
Rendy biar Mama lebih nikmat lagi…. Kalau dapat
Mama bilang Ya…..” aku sudah mulai
menggoyang pinggul ku dengan merapatkan
panggkal paha ku.
“Ma…. Sekarang nikmati, pejam kan mata Mama
….” Ku goyangkan terus berputar pinggul ku
makin lama makin cepat.
“Ren …. Ahhhh, terus Ren…., Terus Sayang,…..
auuu… ahh…., ya…. Ren….Ya……”
“Uh ……ahhhh, eeeenak,,,, sekali anak ku…..,
kamu…. Ahhhhh, goyang … tekan,,,,,,” Semakin
mengejang seluruh badan Mama Lina dan
goyangan ku semakin cepat berputar.
“Ren… ahhhh, Ren …. Reennnn , Mam …..
ahhhh, ahhhh .., Ren ……. Dah……., Mama mau
….., Mama keluar anakku…..” Mendengar
perkataan itu aku pun mempercepat goyang
ku.“Ren…. Enak Ren,,,,,,,… terus Rennn…” aku
tekan dan aku goyang terus, sambil aku
menahan agar aku tidak keluar. Sengaja aku
lakukan agar Mama Lina puas dulu baru aku
keluar.
“Dapat yang panjang …. Ma,….. Ah,….. yang
lama … Ma …. Puaskan Ma……”
“Mama puas Ren,,,,,…. Terus Ren,,,,,,,. Ahhhhh,
ahh huhhhh…. Kamu dapat juga sayang …. “
Aku hentikan goyangan ku dan dengan segera
aku ganti dengan gerakan naik turun.
“Au …. Ahh… Ren ,,,,, , ya…. Ren… yang kayak
gini makin nikmat Sayang…..”
“Puas…. Puas…. Aduhh… enak sekali….
Ahhhhhh, yam,,,yahhhhhhh terus Ren …….”
Gerakan naik turun ku semakin cepat dan batang
ku terasa semakin keras nafas ku semakin tidak
teratur.
“Ma… ahhhh, Ma….., ya….. Mama Sayangg ……,
enak sekali Ma…., Punya Mama kering ……, auuu
Aduhhhh”
“Ahhhhh, Mam…. Rendy mau dapat Ma….”
“Dapat lah Sayang …. Dapatlah…., semburkan
semua …… Mama sudah puas sekali….”
“Ayo …. Ayo Manja……”Akupercepat gerakan ku
sehingga bunyi yang terdengar semakin
berdecak, agak kutegakkan badan ku mengambil
posisi siap untuk menembakkan cairan dari
Batang ku.
“Rendy dapat Ma …., Keluar ahhhhhh Ma,,,,,,,”.
“Re…. Mama juga rasakan sayang…., hou….
Keras sekali sayang,,,,,,,, terus Nak……, puaskan
manja….”
Semburan mani ku banyak sekali dan berulang
ulang, tidak tahu berapa kali, dan gerakkan ku
makin pelan dan akhirnya tubuh ku lunglai
menimpa tubuh kecil Mama Lina.Aku masih
terkulai diatas Mama lina sementara batangku
belum kucabut dan masih kurasakan denyutan-
denyut liang vagina Mama lina.
Perlahan aku jatuh kesamping kanan Mama Lina
yang sedang terbaring lunglai juga, aku masih
memejamkan mata ku sambil menikmati
permainan yang baru saja selesai. Mama Lina
memiringkan badannya menghadapku dan
tangan kirinya melingkari dada ku, dan
menciumi pipi ku.
“Mama puas sekali Ren…, Terima kasih
Na……,”dia terus menciumi pipi ku dan aku
melirik sambil tersenyum. Kulihat dia sedang
menyibak selangkangannya dengan tissue yang
ada di meja samping tempat tidur, dan setelah
selesai Mama lina bangkit duduk mengelap
batang ku.


Adult | GO HOME | Exit
1/1979
U-ON

inc Powered by Xtgem.com